“Innalillahi
wa inna ilaihi roji’un, semoga rekan Nak Mas diberikan kesabaran dan
ketabahan, dan semoga putrinya yang berpulang itu, dapat diterima
disisi Allah swt……” Kata Ki Bijak ketika mendengar salah seorang putri
rekan kerja meninggal dunia.
“Umur
memang rahasia Allah ya ki, tidak muda, tidak tua, tidak anak-anak dan
bahkan bayi yang baru lahirpun, ketika Allah menghendaki seseorang
meninggal, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat
menghalanginya….” Kata Maula.
“Benar
Nak Mas, kematian itu sesuatu yang haq, yang pasti datangnya, hanya
kita ‘lupa’ dengan perjanjian kita dengan Allah dulu, sampai kapan usia
didunia ini…..” Kata Ki Bijak lagi.
Maula
menghela nafas panjang, “Iya ki, kalau difikir-fikir, memang kehidupan
kita didunia ini sangat singkat, apalagi kalau seorang karyawan
seperti ana ini, hitung-hitunganya gampang sekali, kalau misalnya
seorang karyawan mulai bekerja dari usia 20 tahun dan akan pension du
usia 55 tahun, artinya ia bekerja selama 35 tahun yang berarti hanya
420 kali gajian, sedikit sekali ya ki….” Kata Maula.
“Ya
Nak Mas, kehidupan kita didunia ini seperti orang yag sedang singgah
dalam sebuah perjalanan, dan yang namanya singgah,pasti waktunya tidak
terlalu lama dan pasti suatu saat ia harus pulang ketempat asalnya……”
“Namun
demikian, singkatnya waktu kita didunia ini, bisa sangat berarti jika
kita bisa memanfaatkannya dengan baik Nak Mas….., pun bisa menjadi
sia-sia manakala kita tidak pandai memanfaatkan waktu yang tersisa….”
Kata Ki Bijak lagi.
Lagi,
Maula menghela nafas panjang, ia mencoba menyusuri jejak-jejak
perjalanannya selama ini, mulai dari ia kecil, beranjak remaja,
kemudian bekerja dan berkeluarga, semuanya berjalan sangat cepat…..”
“Serasa
baru kemarin ana lulus sekolah ki…, kemudian ana bekerja, menikah dan
dikarunia putra, tanpa terasa, kini Dinda sudah kelas IV, dan sudah
tumbuh menjadi seorang gadis remaja…” Kata Maula
“Ya
Nak Mas, waktu tidak berjalan mundur, waktu terus melaju kedepan,
meninggalkan mereka yang lengah dalam memanfaatkannya, banyak orang
baru menyadari kelalaiannya dalam memanfaatkan waktu, dan mereka baru
terbangun ketika rambut sudah memutih, tulang mulai rapuh, kulit mulai
keriput, gigi mulai tanggal satu per satu, hingga akhirnya tibalah saat
orang-orang mengantar kita dengan kalimat ‘innalillahi wa inna ilaihi
roji’un…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya
ki…, hampir semua orang hafal dan fasih mengucapkan kata innalillahi
wa innailaihi roji’un, tanpa mau berfikir bahwa jika hari ini dia yang
mengantar kerabat dan saudaranya dengan kalimat itu, besok lusa, ia
yang akan diiringi kalimat innalillahi wa innailaihi roji’un…..” Kata
Maula lagi.
“Iya
Nak Mas, dan satu lagi yang kita juga sering lupa, bahwa kalimat
innalillahi wa inna ilaihi roji’un ini bukan hanya kita ucapkan ketika
kita mengantarkan orang meninggal, kalimat innalillahi wa inna ilaihi
roji’un ini sesungguhnya kalimat agung yang akan mampu menjadi orang
yang bisa memaknai menjadi orang yang ‘kuat’…” Kata Ki Bijak.
“Kalimat innalillahi wa inna ilaihi roji’un menjadikan kita kuat ki…?” Tanya Maula.
“Benar
Nak Mas, kalimat ini mengandung makna yang sangat dalam, kalimat ini
merupakan pondasi yang sangat kuat bagi mereka yang memahaminya dengan
baik..”
“Dengan
memahami keagungan ayat ini, seseorang tidak menjadi sombong atau
takabur manakala ia mendapatkan kebaikan,ketika ia mendapatkan
kesuksesan, mendapatkan pangkat dan jabatan…, karena sepenuhnya ia
menyadari bahwa kebaikan yang diperolehnya, kesuksesan yang dicapainya,
pangkat dan jabatan yang disandangnya, merupakan karunia Allah yang
harus ia pertanggung jawabkan dihadapan Allah swt dan harus ia
pergunakan sesuai dengan amanah yang menitipkannya….”
“Sebaliknya,
seseorang yang memahami dengan baik hikmah dan makna innalillahi wa
inna ilaihi roji’un, tidak akan terjerembab kedalam jurang kehancuran
atau putus asa manakala ia mendapatkan ujian berupa keburukan,
mendapatkan ujian berupa kemiskinan, mendapatkan ujian berupa penyakit,
mendapat ujian berupa apapun, ia akan tetap bisa berdiri tegak, ia
tetap akan bisa hidup sebagaimana mestinya, ia akan bisa menjalani
semua ujian-ujian tersebut, karena ia yakin bahwa semuanya dari Allah,
dan karenanya ia akan mengembalikan semuanya kepada Allah sebagai
Rabb_nya…….” Kata Ki Bijak panjang lebar.
“Iya
ya ki, kenapa kita harus terbahak ketika mendapatkan kebaikan, karena
kita tahu semua kebaikan yang kita terima semuanya dari Allah…., dan
kenapa kita harus menangis bersedih atau tersedu manakala kita
mendapatkan keburukan, padahal kita tahu, keburukan juga merupakan
bagian dari cinta dan kasih sayang Allah kepada kita selaku
mahluk_Nya…..” Kata Maula.
“Iya
Nak Mas, karenanya kalimat innalillahi wa inna ilaihi rojiun jangan
hanya sekedar diucapkan ketika ada kematian, tidak hanya diucapkan
ketika kita mendapatkan keburukan, pun ketika kita mendapatkan
kebaikan, selain mengucapkan Alhamdulillah, kita pun harus
membarenginya dengan ucapan innalillahi wa inna ilaihi roji’un, agar
kita kita tidak lupa pada siapa yang memberikannya…..” Kata Ki Bijak.
“Pun
ketika kita mendapatkan ujian berupa keburukan, dua hal yang harus
segera kita lakukan adalah memperbanyak dan memperbaharui istighfar
kita dan maknai innalillahi wa innailaihi rojiun ini dengan benar,
insya Allah akan membuat kita ringan menjalani ujian Allah swt dengan
sikap sabar dan tawakal…..” Kata Ki Bijak lagi.
“Amiin…..” Kata Maula menutup perbincangan dengan gurunya.
Wassalam
May 04,2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar