PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari
agama sudah menjadi kebutuhan bagi manusia. Agama berperan penting dalam
memberi arah menuju Tuhan sebagai keseimbangan dan kelangsungan hidup
manusia. Agama juga bisa dikatakan sebagai way of life karena
menjadi pedoman hidup manusia. Agama juga memiliki fungsi tersendiri
bagi manusia baik sebagai fungsi sosial maupun individu. Fungsi tersebut
mempunyai kekuatan yang besar dalam menggerakan komunitas sosial.
Sehingga dalam keadaan seperti ini, sulit sekali untuk membedakan antara
sesuatu yang murni agama dan interpretasi atas agama. Sesuatu yang
murni agama, memiliki nilai-nilai sakralitas yang tinggi dan bersifat
absolut. Sedangkan sesuatu yang bersifat dinamis merupakan hasil
pemikiran manusia terhadap wahyu-wahyu Tuhan.
Namun, dalam realitasnya,
terkadang mengalami kesulitan untuk membedakan antara keduanya karena
secara sadar maupun tidak terjadi pencampuradukan makna antara agama
yang murni bersumber dari Tuhan dengan pemikiran agama yang bersumber
dari manusia. Perkembangan selanjutnya, hasil dari pemikiran agama tidak
jarang telah berubah menjadi agama itu sendiri, sehingga ia seakan-akan
disakralkan dan berubah menjadi sebuah tradisi keagamaan bagi masyarakat. Seperti pemahaman seseorang tehadap tradisi Yasinan.
Tidak mengherankan jika
masyarakat cenderung menciptakan tradisi keagamaan sebagai ekspresi atas
spitualitasnya, seperti tradisi Yasinan yang masih diyakini oleh
masyarakat. Sebagai manusia yang beragama dan patuh pada ajaran agama,
sebisa mungkin manusia mendekatkan dirinya kepada Tuhan agar dianggap
sebagai manusia yang taat dan patuh pada agama. Tuhan dihadirkan dalam
ritual-ritual keagamaan. Dari keadaan tersebut, manusia mendapatkan
totalitas kekentraman batin yang tak terdiskripsikan atas pengalaman
agama yang dijalaninya.
Tradisi Yasinan ini merupakan
fokus kajian kami dalam memahami sosio-kultural di masyarakat dengan
mengambil sampel penelitian di tiga tempat yakni, Pesantren minhajut
Tamyiz Yogyakarta, Jatinom Klaten dan Pendoporejo Kulon Progo.
Selanjutnya kami sebagai peneliti akan mencari titik temu fungsi Tradisi
Yasinan ini bagi masyarakat, karena dalam prakteknya Tradisi Yasinan
dalam masyarakat akan berbeda-beda. Namun kami tidak mempermasalahkan
dalam pelaksanaannya, melainkan memahami dari sudut pandang peran dan
fungsi atas pemaknaan masyarakat terhadap Tradisi Yasinan yang mereka
anut.
GAMBARAN UMUM TRADISI YASINAN
Tradisi pembacaaan Yasinan
merupakan tradisi lama yang masih dipegang oleh kalangan masyarakat
Indonesia. Tradisi Yasinan ini begitu unik karena hanya ada di Indonesia
dan Malaysia. Tradisi ini merupakan bentuk ijtihad para ulama untuk
mensyiarkan Islam dengan jalan mengajak masyarakat agraris yang penuh
mistis dan animisme untuk mendekatkan diri pada ajaran Islam melalui
cinta membaca Al Qur’an, salah satunya Surat Yasin sehingga disebut
sebagai Yasinan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat baik kaum ibu
maupun bapak dan juga di kalangan para remaja baik putri maupun putra.
Pelaksanaannya pun berbeda-beda seperti ada yang melaksanakannya pada
malam hari, siang hari atau sore hari atau hanya pada wktu-waktu
tertentu misalnya malam Jum’at, hari ketiga, ketujuh, hari seratus, hari
keseribu bagi orang yang meninggal. Semua itu memiliki ketentuan
masing-masing daerah.
Yasinan merupakan sebuah tradisi
yang telah mendarah daging bagi masyarakat Jawa khususnya bagi kaalngan
orang-orang NU, meskipun ada beberapa kalangan Muhammadiyah mengikuti
tradisi ini. Terlepas dari pro dan kontra, karena kami tidak
mempermasalahkan apakah tradisi Yasinan itu dosa atau tidak. Namun
kenyataannya tradisi Yasinan tidak bisa dipungkiri keberadaannya.
Yasinan adalah sebuah kegiatan membaca surat Yasin secara bersama-sama
yang dipimpin oleh seorang rais atau kaum, biasnya Yasinan juga
dilengkapi dengan bacaan Al Fatihah, dan bacaan tahlil serta ditutup
dengan doa dan diamini oleh jamaah.
Yasinan dilakukan dalam waktu
waktu tertentu misalnya malam Jumat yang dilaksanakan di masjid atau
dirumah rumah warga secara bergiliran setiap minggunya. Selain pada
malam Jum’at yasinan juga dilaksanakan untuk memperingati dan “mengirim”
doa bagi keluarga yang telah meninggal pada malam ketiga, ketujuh,
keempat puluh, keseratus, dan keseribu. Masyarakat mempercayai bahwa
dengan membaca surat Yasin maka pahala atas pembacaan itu akan sampai
pada si mayat. Ada pula acara Yasinan ini dilakukan untuk meminta hajat
kepada Tuhan agar dipermudah dalam mencari rizki maupun meminta hajat
agar orang yang sakit dan sudah tidak ada harapan lagi untuk sembuh
karena tanda-tanda akan diakhirinya ke hidupan ini sudah jelas, maka
surat Yasin menjadi pengantar kepulangannya ke hadirat Allah. Yasin
sudah menjadi kebiasaan masyarakat bila salah satu keluarga ada yang
sakit kritis. Surat Yasin dibaca dengan harapan jika bisa sembuh semoga
cepat sembuh, dan jika Allah menghendaki yang bersangkutan kembali
kepada-Nya, semoga cepat diambil oleh-Nya dengan tenang.
Masyarakat melaksanakan tradisi
ini karena turun temurun. Artinya tradisi ini merupakan peninggalan dari
nenek moyang mereka, dimana Islam mengadopsinya sebagai bagian dari
ritual keagamaan. Dari pelaksanaan tradisi ini maka ada makna yang lain
selain dari arti ayat ayat yang dibaca secara bersama sama. Misalkan di
daerah Pendoporejo dan Jatinom, setelah pembacaan Yasin selesai, salah
seorang warga membentuk komunitas arisan, mengobrol mengenai masalah
ta’mir masjid, maupun hanya sekedar makan-makan saja. Mereka tidak
mengenal dengan semua tradisi ini apakah tradisi ini ada dalam ajaran
Islam atau tidak, yang terpenting bagi mereka adalah melaksanakan
tradisi ini yang diajarkan oleh orang sebelum mereka. Tidak begitu
berbeda dengan di pondok pesantren Minhajut Tamyiz, hanya saja seusai
Pembacaan Yasinan mereka meneruskannya dengan pembacaan maulid nabi,
baru setelah itu acara makan-makan dan mengobrol.
PELAKSANAAN YASINAN DI MASYARAKAT
Acara yasinan biasanya diadakan
oleh seorang yang mempunyai hajatan dengan mendatangkan beberapa orang
tetangganya untuk ikut serta membaca surat yasin pada acara tersebut.
Ada juga acara yasinan diadakan karena sudah menjadi tradisi terdahulu,
misalnya di pesantren “Minhajut Tamyiz” Yogyakarta, Jatinom Klaten dan
Pendoporejo Kulon Progo. Di pesantren Minhajut Tamyiz acara Yasinan
biasanya hanya diadakan rutin tiap malam Jum’at, meskipun terkadang ada
beberapa warga masyarakat yang meminta agar acara Yasinan dilakukan di
rumahnya saja. Santri-santri diundang dalam acara Yasinan yang diadakan
oleh masyarakat baik sebagai rasa syukur karena mendapatkan rizki,
meminta hajat, maupun syukuran atas masa kehamilan tujuh bulan dan
lain-lainya. Tidak begitu berbeda dengan dua tempat lainnya seperti
Jatinom dan Pendoporejo.
Pelaksanaannya di awali dengan
pembukaan oleh pemimpin, rais atau imam dengan mengirim surat al-Fatihah
kepada Nabi, Sahabat, para Ulama dan kepada orang-orang atau keluarga
yang telah meninggal. Kemudian imam melanjutkannya dengan mengawali
bacaan surah Yasin dengan ta’awudz dan membaca basmalah dan membaca
surat Yasin tersebut bersama-sama sampai selesai, setelah selsai membaca
surah yasin dilanjutkan dengan berzikir dan mendoakan sesuai permintaan
sang tuan rumah yang memiliki hajat tersebut, ada yang sukuran, karena
kelahiran sang bayi, ada yang mengirim doa untuk kepergian kerabatnnya.
Setelah rais selesai membacakan
doa, acara tersebut dilanjutkan dengan acara makan-makan dengan hidangan
ala kadarnya. Dalam penyajian dan suguhan makanan disesuaikan dengan
keuangan sang tuan ruamah, atau dengan yang punya hajat, dan selera
lidah warga setempat dan lain sebagainya. Maka darisinilah kami dapat
mengetahui bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Yasinan tersebut mulai
rais memimpin acara Yasinan sampai selesai kemudian dilanjutkan
penyantapan hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah setelah itu
diteruskan dengan acara “mengobrol” oleh masyarakat. Obrolannya pun
bermacam-macam ada yang berbicara masalah ta’mir masjid, ada yang
arisan, ada yang membicarakan pasangan terutama dalam kalangan
muda-mudi, dan banyak obrolan lainnya yang tidak bisa kami sampaikan
dalam makalh ini.
MEMAKNAI TRADISI YASINAN
Sudah menjadi hal yang umum jika
tradisi Yasinan digunakan sebagai Majelis taklim dan dzikir mingguan
masyarakat dan sebagai media dakwah agar masyarakat menjadi lebih dekat
dengan Tuhannya. Namun di sisi lain tradisi Yasinan bisa dimaknai
sebagai forum silaturahmi warga, yang tadinya tidak kenal menjadi kenal,
yang tadinya tidak akrab menjadi lebih akrab. Kegotong royongan,
solidaritas sosial, tolong menolong, rasa simpati dan empati juga
merupakan sisi lain dari adanya tradisi Yasinan. Kegotong royongan
ketika mengadakan acara. Tolong menolong agar acaranya berjalan sesuai
yang diharapkan. Rasa empati dan simpati ketika ada seseorang kerabatnya
yang kesusahan atau kerababnya yang meninggal. Semua itu merupakan
makna lain yang terkandung dalam tradisi Yasinan.
Tradisi Yasinan yang sudah
menjadi tradisi masyarakat khususnya pesantren Minhajut Tamyiz,
masyarakat Pendoporejo dan Jatinom memiliki dua makna yaitu sosiologis
dan ekonomis. Makna sosiologis yaitu memandang tradisi Yasinan sebagai
sebuah acara keagamaaan dimana warga berkumpul dan membaur dalam bahasa
Jawanya “ srawung” yaitu bersosialisasi dengan warga lain. Jika salah
seorang warga tidak pernah menghadiri yasinan maka dapat dikatan “ra
srawung”. Artinya warga tersebut mendapatkan sanksi sosial dimana
masyarakat mengucilkan atau menjauhinya, karena masyarakat masyarakat
memiliki norma-norma bersama yang telah disepakati secara tidak
tertulis. Sehingga pada keadaan seperti itu
Tradisi Yasinan juga dapat
dipandang sebagai perekat hubungan sosial warga., ketika mengikuti acara
Yasinan maka warga yang kemarin tidak kenal satu sama lain akan menjadi
kenal. Dengan acara seperti ini dapat mempererat tali silaturahmi antar
sesama warga. Disamping itu juga dengan keikutsertaan warga mengikuti
acara Yasinan dapat menumbuhkan rasa empati dan simpati masyarakat untuk
ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang mengadakan acara
Yasinan. Dalam persiapannya menyajikan makanan, para kaum perempuan dan
laki-laki saling gotong royong untuk membuatkan masakan yang telah
dibiyayai oleh tuan rumah yang memiliki hajat. Oleh karena itu acara
Yasinan sangat berpengaruh terhadap solidaritas warga masyarakat, karena
saling membantu satu sama lain.
Makna lain ialah nilai ekonomis,
dimana dalam yasinan terkadang ada suguhan makanan baik berupa snack,
makan, dan berkat yang dibawa pulang. Kadang juga ada yang memberikan
sajadah dan diberi tulisan bahwa yasinan ini sebagai peringatan kematian
anggota keluarga. Tentunya bagi warga ini merupakan kesempatan untuk
mendapatkan pendapatan bagi keluarganya. Yang lebih unik lagi bagi yang
mengadakan acara Yasinan, terkadang bila tidak ada uang untuk
melaksanakan hal tersebut mereka rela menjual harta yang ada misal
sawah, perhiasan atau ternak. Untuk memberi hidangan pun ada yang sampai
menyembelih sapi walau saat hari raya qurban malah tidak pernah
berqurban. Gotong royong dalam penyajian makanan pun menjani nilai
ekonomis bagi masyarakat karena dapat mengurangi pengeluaran tenaga dan
waktu.
Disamping itu, konsep theology
dan filsafat yang terdapat pada Yasinan turut serta dalam membentuk
mental solidaritas. Misalnya engaruh dari konsep theology, masyarakat
percaya bahwa dosa mereka terhadap sesama manusia itu dapat tertutupu
dengan amalan-amalan yang baik yang dilakukan selama hidup dibumi dengan
bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadits, sehingga pada
konsep filsafat, sebagai manusia yang tidak bisa hidup sendirian yang
membutuhkan orang lain maka haruslah saling tolong menolong sesama
manusia apalagi sesama umat muslim, supaya dapat mempersatukan umat
muslim seutuhnya dan menghindari pertikaian.
KESIMPULAN
Sejarah yasinan dalam masyarakat
khususnya pesantren Minhajut Tamyiz Yogyakarta, Pendoporejo Kulon Progo
dan Jatinom Klaten merupakan tradisi yang secara turun temurun
diwariskan dari nenek moyang yang kemudian diadopsi oleh Islam sebagai
bagian dari ajaran agama.
Pelaksanaannya di awali dengan
pembukaan oleh pemimpin, rais atau imam dengan mengirim surat al-Fatihah
kepada Nabi, Sahabat, para Ulama dan kepada orang-orang atau keluarga
yang telah meninggal. Kemudian imam melanjutkannya dengan mengawali
bacaan surah Yasin dengan ta’awudz dan membaca basmalah dan membaca
surat Yasin tersebut dibaca bersama-sama sampai selesai, setelah selsai
membaca surah yasin dilanjutkan dengan berzikir (tahlilan) dan diakhiri
dengan doa sesuai permintaan sang tuan rumah yang memiliki hajat, ada
yang sukuran atas kehamilannya yang tujuh bulan, karena kelahiran sang
bayi, ada yang mempunyai hajat agar mendapatkan rizki yang banyak, dan
ada pula yang mengirim doa untuk kepergian kerabatnnya. Setelah doa
acara tersebut diteruskan dengan acara “penjamuan makanan” dan acara
“mengobrol”. Entah apa yang diobrolkan mulai obrolan tentang ta’mir
masjid sampai kepada arisan.
Makna dibalik tradisi Yasianan adalah sebagai sosialisasi. Dimasa kini, pelaksanaan Yasinan bertujuan :
- Sebagai Majelis taklim dan dzikir mingguan
- Pembacaan doa terhadap orang yang sakit atau yang telah meninggal
- Sarana gotong royong, tolong menolong, menaruh rasa simpati dan empati
- Sebagai Forum silahturahmi warga
- Sebagai Media syukuran (syukur nikmah) sebuah keluarga yang telah mendapat nikmat dari Allah SWT.
- Terkadang di daerah tertentu juga dibarengkan dengan Arisan seperti daerah Jatinom
- Sebagai media sedekah (berupa hidangan ala kadarnya)
HASIL WAWANCARA
Informan dari rais dalam
pembacaan surah Yasin (Ust. Iman Effendi) mengatakan bahwa membaca Surah
Yasin memiliki faedah tersendiri diantaranya:
- Surat Yasin lebih akrab di tengah masyarakat karena biasa dibaca pada saat ada orang yang hendak meninggal atau telah meninggal maupun mendoakan seseorang yang sedang sakit.
- Surat Yasin memiliki fadhilah (keutamaan) bagi yang membacanya.
- Yasin dapat dibaca saat kita mengharap rezeki Tuhan, meminta sembuh dari penyakit, menghadapi ujian, mencari jodoh, dan lain-lain.
Informan dari Bpk. Rohman, salah satu jemaat yasinan,
Mengapa perlu diadakan yasinan?
Karena maksud yasinan adalah sebagai media dakwah di masa para Walisongo
dahulu, dan sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat kampung.
Sebenarnya banyak orang- orang kampung yang belum mengerti makna yasinan
tersebut, mereka hanya ikut- ikutan melakukan yasinan saja.
Bagaimana tatacara yasinan
tersebut? Dalam acara yasinan biasanya diawali dengan membaca alfatihah,
surat An-nas, Al-ikhlas, Al-falaq, serta Sholawat nabi, kemudian
membaca surat Yasin bersama- sama. Setelah itu biasanya diadakan
ngobrol-ngobrol seputar perkembangan ta’mir masjid sambil makan- makan
kecil dan arisan.
Informan dari bapak Muh Iksan (aktivis muhammadiyah daerah setempat)
Kenapa samapai saat ini tradisi
yasinan masih dijalankan oleh sebagian masyarakat Muslim? Karena saat
ini yasinan adalah wadah bagi umat muslim untuk berkumpul dan berdoa,
serta dalam yasinan ada hal hal yang membuat masyarakat mau
menghadrinya, diantaranya sebagi media sosialisasi warga satu dengan
warga lainnya.
Mengapa sebagian warga
muhammadiyah tidak menjalankan yasinan? Kami juga membaca Qur an,
termasuk yasin dan surat surat lain dalm Al qur an namun kami baca
sendiri seniri. Beda tidak jadi masalah yang masalah yang tidak mau
beribadah.
siip
BalasHapustolong di tambahi hadits-haditsnya sebagai dasar/landasan biyar tambah mantab bagi orang yg belum mngerti. kok hanaya yasiin yang dibaca ? pdahal surat2 dalam Al-quran itu banyak,,,
terimakasih