Bismillahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu'alaikum wr.br
Sahabat-sahabatku semua,kali ini aku mau memberikan postingan mengenai kedua orangtua Rasulullah saw,yang mana pada kesempatan sebelumnya sudah dibahas oleh sahabat kita saudara Kang Arieftewe yang merasa asing dan baru mendengar sebuah hadis yang mengatakan bahwa ibunda atau kedua orangtua Rasulullah saw adalah kafir dan diazhab dineraka yang mana hadis tersebut diterangkan disebuah situs bernamakan voa islam.dan aku pun seperti halnya kang Arieftewe sangat tidak mendukung pendapat tersebut.Disini aku hanya ingin bersama-sama bagaimana kita menyikapi argumen tersebut.
Aku memposting artikel ini,aku ambil dari salah satu pengomentar sebuah situs diFB yang membuat artikel yang isi daripada artikelnya tersebut hampir sama seperti artikel di situs voa.Pengomentar yang aku maksudkan disini tiada lain adalah saudara Fei,mohon maaf kepada saudara Fei,sekiranya aku lancang tanpa izin, komentar anda aku publikasikan disini.
Saudara Fei mengatakan seperti ini:
Dia mengutip hadits: "Dari Anas bin Malik,bahwasanya seorang laki-laki berkata: Wahai Rasulullah dimana ayahku?Nabi bersabda: 'Dineraka.
Ketika orang tersebut berpaling Nabi memanggilnya lagi dan bersabda: 'sesungguhnya ayahku dan ayahmu di An-nnar(neraka) (H.R Muslim)
Apakah kita layak mengkafirkan kedua orangtua Rasulullah saw?
Air yang jernih tidak mungkin berasal dari mata air yang kotor,tidakkah anda setuju?.Bagi umat islam,jiwa dan pribadi Rasulullah saw adalah jiwa dan pribadi yang agung,yang bersih,suci dan dicintai.itu bukan saja diakui oleh umat islam,akan tetapi oleh penganut agama lain.Ayat-ayat suci Al-Qur'an dan catatan sejarah juga mendukung pendapat ini.Pribadi yang agung ini tentu tidak mungkin berbentuk begitu saja,ia pasti melalui prores,bimbingan sejak kecil,dan berasal dari benih-benih yang suci.
Sangat disayangkan bahwa akhir-akhir ini muncul berbagai teori dan opini yang menyatakan bahwa kedua orangtua Rasulullah saw adalah kafir.Salah satunya adalah yang tertera pada sebuah buku yang bertajuk "Kafirkah kedua orangtua Rasulullah?" yang diterbitkan oleh pustaka As-sunah dan ditulis oleh Ali bin Sulthan Muhammad Al-Qaari.Buku ini juga sempat diulas oleh salah satu koran terkemuka yaitu Republika terbitan jum'at 15 April 2005 dengan sebuah artikel berjudul "Meluruskan posisi orangtua Rasulullah" .Mengapa muncul pendapat demikian?Apa dasar argumen tersebut?Dan bagaimana kita menyikapinya?Itulah beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab disini.Dalam artikel yang dimuat oleh koran Republika Jum'at 15 April 2005 dikatakan: "Kedua orangtua Rasulullah yakni Abdullah dan Siti Aminah,wafat sebelum Nabi membawa risalah islam,dengan kata lain keduanya meninggal dalam keadaan kafir.Namun banyak umat islam yang merasa tidak sampai hati mengatakan bahwa kedua orangtua Rasulullah saw wafat dalam keadaan kafir dan karena itu kelak masuk neraka"
Bagaimana kita menyikapi argumen tersebut?jawabannya mungkin mudah,yaitu dengan menerima atau menolaknya.Akan tetapi apa dasar yang kita gunakan untuk menerima atau menolak argumen tersebut?Alangkah baiknya jika disini menggunakan ayat-ayat suci Al-Qur'an sebagai pedoman juga solusi.
Allah swt berfirman dalam surat Al-Israa(17)ayat 15: .."Dan kami tidak akan mengazhab sebelum kami mengutus seorang Rasul"
Bukankah kedua orangtua Rasulullah saw sudah meninggal tatkala beliau berusia 8tahun,sedangkan pengutusan Muhammad sebagai Rasul baru dilakukan ketika beliau berumur 40tahun?
Lalu bagaimana mungkin kedua orangtuanya Abdullah dan Aminah di azhab dineraka?Dimana keadilan Allah swt seperti yang tertera pada surat Al-Israa ayat 15 tersebut diatas?
Pada surat Asy-Syu'araa (Q.S-26:217-219) Allah swt berfirman: "Dan bertakwalah kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.Yang melihat kamu ketika kamu berdiri(untuk sembahyang) dan melihat pula perpindahan badanmu dari(sulbi-sulbi) orang-orang bersujud"
Disini kita melihat perpindahan badan(benih)Rasulullah dari satu sulbi ke sulbi yang lain.Dan sulbi-sulbi tempat persinggahan itu tidak lain adalah milik orang -orang yang bersujud(beriman).
Masihkah kita menerima bahwa kedua orangtua Rasulullah saw kafir?
Dalam paragraf lain dari artikel yang dimuat oleh koran Republika dikemukan: "Buku ini(kafirkah kedua orangtua Rasul?) memuat pro-kontra para ulama mengenai posisi Kedua orangtua Rasulullah,antara lain imam Suyuthi.Dalam buku ini dijelaskan Rasulullah saw tanpa ragu mengatakan bahwa kedua orangtuanya meninggal dalam keadaan kafir.Ketika berziarah kemakam ibunya,Rasulullah berkata "Aku mohon izin kepada Rabb-ku agar aku dapat meminta ampun untuk ibuku tapi tidak di izinkan,lalu aku minta izin untuk menziarahi kuburnya aku di izinkan"
Aneh sekali jika kita menerima begitu saja pendapat ini.Bukankah Rasulullah saw yang mengajarkan kepada kita untuk selalu mendo'akan kedua orangtua kita dengan do'a "Rabbighfirli Waliwalidaya Warhamhuma Kamaa Rabbana Shoghiraa" ,do'a yang senantiasa dibacakan oleh suara-suara cilik untuk kedua orangtua tercinta ketika selesai dikumandangkan adzan maghrib,Jika betul demikian bukankah Rasulullah orang pertama yang melalukan hal itu?Jika betul demikian,untuk apa beliau mendo'akan kedua orangtuanya Abdullah dan Siti Aminah jika sudah jelas bahwa posisi mereka dineraka?Mungkinkah Rasulullah saw melakukan hal yang sia-sia?Jelas tidak.
Dalam hadits lain yang dikemukakan oleh imam Suyuthi(rujukan yang sama)dalam kitabnya yang terkemuka yaitu Duril Mamthur di riwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda: "Aku pindahkan dari sulbi-sulbi yang suci kedalam rahim-rahim yang terjaga."Selain itu dalam banyak riwayat juga diceritakan bahwa Bani Hasyim(keluarga besar Abdullah ayah Rasulullah)adalah penjaga ka'bah dan pengikut ajaran Nabi Ibrahim as.Apakah layak bagi kita untuk mengkafirkan kedua orangtua Rasulullah saw setelah mengetahui pernyataan-pernyataan ini?
Air yang jernih tidak mungkin berasal dari mata air yang kotor.Kalimat itulah yang kira-kira dapat menggambarkan diri Rasulullah saw dan kedua orangtuanya.Alangkah baiknya jika kita mempelajari secara lebih mendalam tentang keluarga Nabi Muhammad saw dan mengaca diri akan kedudukan kita dihadapan Rasulnya yang tercinta.Sehingga kita tidak mudah mengeluarkan opini-opini yang tidak pantas dan terjebak dalam badai kesalahpahaman yang terus menguak seperti ini.Semoga bermanfa'at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar