llah menguraikan salah satu sifat orang yang menyandang sifat sabar dengan firman-Nya :
"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapka, Inna
Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un" Sesunggguh nya kami adalah milik Allah
dan kami akan kembali (kepada-Nya). Mereka itulah yang mendapat
keberkatan-keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. AL-BAQARAH 2 :
156-157).
Inna Lillah/kami milik Allah. demikian ucapan mereka.
Jika demikian, Dia Yang Maha Kuasa itu boleh melakukan apa saja sesuai
dengan kehendak-Nya. Tetapi Allah Maha Bijaksana. Segala tindakan-Nya
pasti benar dan baik. Tentu ada hikmah dibalik ujian atau musibah, Dia
Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kami akan kembali kepada-Nya, sehingga ketika bertemu nanti, tentulah pertemuan itu adalah pertemuan mesra dengan kasih sayang-Nya.
Kami adalah milik Allah. Bukan hanya saya sendiri yang menjadi milik-Nya, tetapi kami
semua yang juga merupakan makhluk-Nya. Jika kali ini petaka menimpa
saya, maka bukan saya yang pertama kali ditimpa musibah, bukan juga yang
terakhir. Makna ini akan meringankan si pengucap pemikul petaka, karena
semakin banyak yang ditimpa petaka, semakin ringan ia dipikul.
Kalimat ini tidak diajarkan Allah kecuali kepada Nabi Muhammad
saw, dan umatnya. Seandainya Nabi Ya'qub mengatahuinya maka dia tidak
akan berucap seperti ucapannya yang diabadikan AL-QUR'AN : Aduhai duka cintaku terhadap Yusuf" (QS. YUSUF 12 :84). Demikian komentar Said bin Jubair.
Yang mengucapkan kalimat "Inna Lillahi Wa Inna Ilayhi Raji'un" dengan menghayati makna-maknanya, antara lain seperti dikemukakan diatas, mereka itulah yang mendapat keberkatan-keberkatan.
Keberkatan itu sempurna, banyak dan beraneka ragam,
sebagaimana dipahami dari bentuk jamak yang digunakan ayat di atas :
antara lain berupa limpahan pengampunan, pujian, menggantikan yang lebih
baik daripada nikmat sebelumnya yang telah hilang, dan lain-lain. Semua
keberkatan itu bersumber dari Tuhan Yang Memelihara dan
mendidik mereka, dan dengan demikian keberkatan itu dilimpahkan sesuai
dengan pendidikan dan pemeliharaan-Nya.
Tahukah Anda apa yang dinamai berkat? Berkat atau barakah
bermakna "sesuatu yang mantap" juga berarti "Kebajikan yang melimpah
dan beraneka ragam serta bersinambung". Keberkatan Ilahi datang daari
arah yang seringkali tidak di duga atau dirasakan secara material dan
tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur. Dari sini segala
penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkat. Adanya berkat
pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu,
misalnya berkat dlam waktu. Bila ini terjadi, maka akan banyak kebajikan
yang dapat terlaksana pada waktu itu dan yang biasanya tidak dapat
menampung sebanyak aktivitas baik itu. Berkat pada makanan, adalah
cukupnya makanan yang sedikit untuk mengenyangkan orang banyak yang
biasanya tidak cukup untuk orang sebanyak itu. Dari kedua contoh ini
terlihat bahwa keberkatan berbeda-beda sesuai dengan fungsi sesuatu yang
diberkati itu. Keberkatan dapat tercapai karena adanya limpahan karunia
Allah. Karunia dimaksud bukan dengan membatalkan peranan hukum-hukum
sebab dan akibat yang telah telah ditetapkan Allah SWT., tetapi dengan
menganugerahkan kepada siapa yang akan diberi keberkatan -
menganugerahkan kepadanya - kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan
hukum-hukum tersebut seefisien dan semaksimal mungkin sehingga
keberkatan dimaksud dapat hadir.
Yang bersabar dan mengucapkan serta menghayati makna Inna Lillah, juga mendapat rahmat.
Kita tidak tahu persis makna rahmat Ilahi. Yang pasti, rahmat-Nya bukan
seperti rahmat makhluk. Rahmat makhluk merupakan rasa pedih melihat
ketidakberdayaan pihak lain. Rasa pedih itulah yang menghasilkan
dorongan untuk membantu mengatasi ketidakberdayaan. Bagaimana rahmat
Allah, Allah Yang Maha Mengetahui. Kita hanya dapat melihat dampak atau
hasilnya yaitu limpahan karunia.
Mereka juga mendapat petunjuk. Bukan saja
petunjuk mengatasi kesulitan dan kesedihan nya, tetapi juga petunjuk
menuju jalan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Demikianlah yang diajarkan
untuk dihayati dan diucapkan setiap kali petaka menimpa. Wa Allah A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar