Rabu, 06 Maret 2013

Banyaknya Jalan Kebaikan

Banyaknya Jalan Kebaikan

Dari Abu Dzar radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadaku:
لاَ تُحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah sekali-kali kamu meremehkan kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa berjumpa dengan saudaramu dengan wajah yang ceria.” (HR. Muslim no. 2626)
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu bahwa ada beberapa orang sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, para orang-orang kaya telah pergi mendahului kami dengan membawa banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, akan tetapi mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta yang mereka miliki.” Maka beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ ما تَصَدَّقُوْنَ؟ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وكل تَحْمِيْدَةٍ صدقة، وكل تَهْلِيْلَةٍ صدقة، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صدقة، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صدقة، وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صدقة. قالُوا: يا رسولَ اللهِ أَيَأْتِي أَحَدُنا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْها أَجْرٌ؟ قالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَها فِي حَرامٍ أَكانَ عَلَيْهِ وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَها فِي الْحَلالِ كانَ لَهُ أَجْرٌ
“Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang kalian bisa sedekahkan? Sesungguhnya setiap ucapan tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap ucapan tahlil adalah sedekah, amar ma’ruf adalah sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan pada kemaluan kalian juga terdapat sedekah.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah orang yang mendatangi syahwatnya di antara kami juga akan mendapatkan pahala?” Beliau menjawab, “Bagaimana menurut kalian jika dia menyalurkan syahwatnya pada sesuatu yang haram, apakah dia akan mendapat dosa? Maka demikian pula jika dia menyalurkannya pada sesuatu yang halal, dia pun akan mendapatkan pahala.” (HR. Muslim no. 1006)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ سُلامَى مِنَ النّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ، كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنِ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ، وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فِي دابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْها أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْها مَتاعَهَ صدقة، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صدقة، وَبِكُلِّ خَطْوَةٍ تَمْشِيْها إِلَى الصَّلاةِ صدقة، وَتُمِيْطُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صدقة
“Setiap ruas tulang manusia mempunyai kewajiban untuk bersedekah setiap harinya. Berbuat adil di antara dua orang yang bertikai adalah sedekah, menolong seseorang untuk menaiki kendaraannya atau menaikkan barangnya di atas kendaraannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah, setiap langkah menuju shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Al-Bukhari no. 2707 dan Muslim no. 1009)
Dari Abu Dzar radhiallahu anhu dia berkata:
قُلْتُ: يا رسولَ اللهِ أَيُّ الأَعْمالِ أَفْضَلُ؟ قال: اَلإيْمانُ بِاللهِ وَالْجِهادُ فِي سَبِيْلِهِ. قلت: أي الرِّقابِ أفضل؟ قال: أَنْفَسُها عِنْدَ أَهْلِها وَأَكْثَرُها ثَمَناً. قلت: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟ قال: تُعِيْنُ صانِعاً أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقٍ. قلت: يا رسولَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ ضَعِفْتُ عَنْ بَعْضِ الْعَمَلِ؟ قال: تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النّاسِ صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ
“Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya.” Saya bertanya lagi, “Pembebasan budak mana yang paling utama?” Beliau menjawab, “Budak yang paling berharga dan paling mahal di mata pemiliknya.” Saya bertanya lagi, “Jika saya tidak mampu melakukannya?” Beliau menjawab, “Kamu membantu seorang pekerja atau membuatkan sesuatu untuk orang yang kurang pandai bekerja.” Saya berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat anda jika saya tidak mampu mengerjakan sebagian amalan?” Beliau menjawab, “Kamu tidak berbuat jelek kepada orang lain merupakan sedekah kamu atas dirimu.” (HR. Muslim no. 136)
Penjelasan ringkas:
Di antara rahmat Allah kepada para hamba-Nya adalah Dia menetapkan untuk mereka banyak jalan-jalan kebaikan, mulai dari yang besar sampai yang kecil. Di antara hikmahnya tentu saja agar setiap hamba-Nya bisa berbuat kebaikan sesuai dengan keadaan dan kesempatan yang masing-masing mereka miliki dan agar kebaikan itu tidak hanya bisa dilakukan oleh satu jenis kaum muslimin.
Tidak hanya sampai di situ rahmat Allah. Setelah Dia memudahkan untuk mereka berbagai jenis amalan kebaikan, Allah juga berjanji bahwa amalan baik sekecil apapun tidak akan ada yang luput dari perhitungan Allah dan Dia pasti akan memberikan pahala yang besar atasnya.
Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Dan apa saja yang engkau semua lakukan dari kebaikan, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 215)
Allah Ta’ala juga berfirman (artinya), “Maka barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat timbangan debu, maka Ia akan mengetahuinya.” (QS. Az-Zalzalah: 7)
Dan Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal shalih, maka perbuatannya itu akan menguntungkan dirinya sendiri.” (QS. Al-Jatsiyah: 15)
Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menyebutkan satu persatu kebaikan-kebaikan kecil yang berpahala besar. Imam An-Nawawi rahimahullah telah membuat satu bab khusus dalam Riyadh Ash-Shalihin mengenai masalah ini pada Bab XIII. Karenanya silakan merujuk padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar