Senin, 04 Maret 2013

Merunungkan kalimat Istirjaa

llah menguraikan salah satu sifat orang yang menyandang sifat sabar dengan firman-Nya :

"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapka, Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un" Sesunggguh nya kami adalah milik Allah dan kami akan kembali (kepada-Nya). Mereka itulah yang mendapat keberkatan-keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. AL-BAQARAH 2 : 156-157).

Inna Lillah/kami milik Allah.
demikian ucapan mereka. Jika demikian, Dia Yang Maha Kuasa itu boleh melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi Allah Maha Bijaksana. Segala tindakan-Nya pasti benar dan baik. Tentu ada hikmah dibalik ujian atau musibah, Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kami akan kembali kepada-Nya, sehingga ketika bertemu nanti, tentulah pertemuan itu adalah pertemuan mesra dengan kasih sayang-Nya.

Kami adalah milik Allah. Bukan hanya saya sendiri yang menjadi milik-Nya, tetapi kami semua yang juga merupakan makhluk-Nya. Jika kali ini petaka menimpa saya, maka bukan saya yang pertama kali ditimpa musibah, bukan juga yang terakhir. Makna ini akan meringankan si pengucap pemikul petaka, karena semakin banyak yang ditimpa petaka, semakin ringan ia dipikul.

Kalimat ini tidak diajarkan Allah kecuali kepada Nabi Muhammad saw, dan umatnya. Seandainya Nabi Ya'qub mengatahuinya maka dia tidak akan berucap seperti ucapannya yang diabadikan AL-QUR'AN : Aduhai duka cintaku terhadap Yusuf" (QS. YUSUF 12 :84). Demikian komentar Said bin Jubair.

Yang mengucapkan kalimat "Inna Lillahi Wa Inna Ilayhi Raji'un" dengan menghayati makna-maknanya, antara lain seperti dikemukakan diatas, mereka itulah yang mendapat keberkatan-keberkatan.

Keberkatan
itu sempurna, banyak dan beraneka ragam, sebagaimana dipahami dari bentuk jamak yang digunakan ayat di atas : antara lain berupa limpahan pengampunan, pujian, menggantikan yang lebih baik daripada nikmat sebelumnya yang telah hilang, dan lain-lain. Semua keberkatan itu bersumber dari Tuhan Yang Memelihara dan mendidik mereka, dan dengan demikian keberkatan itu dilimpahkan sesuai dengan pendidikan dan pemeliharaan-Nya.

Tahukah Anda apa yang dinamai berkat? Berkat atau barakah bermakna "sesuatu yang mantap" juga berarti "Kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung". Keberkatan Ilahi datang daari arah yang seringkali tidak di duga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur. Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkat. Adanya berkat pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu, misalnya berkat dlam waktu. Bila ini terjadi, maka akan banyak kebajikan yang dapat terlaksana pada waktu itu dan yang biasanya tidak dapat menampung sebanyak aktivitas baik itu. Berkat pada makanan, adalah cukupnya makanan yang sedikit untuk mengenyangkan orang banyak yang biasanya tidak cukup untuk orang sebanyak itu. Dari kedua contoh ini terlihat bahwa keberkatan berbeda-beda sesuai dengan fungsi sesuatu yang diberkati itu. Keberkatan dapat tercapai karena adanya limpahan karunia Allah. Karunia dimaksud bukan dengan membatalkan peranan hukum-hukum sebab dan akibat yang telah telah ditetapkan Allah SWT., tetapi dengan menganugerahkan kepada siapa yang akan diberi keberkatan - menganugerahkan kepadanya - kemampuan untuk menggunakan dan memanfaatkan hukum-hukum tersebut seefisien dan semaksimal mungkin sehingga keberkatan dimaksud dapat hadir.

Yang bersabar dan mengucapkan serta menghayati makna Inna Lillah, juga mendapat rahmat. Kita tidak tahu persis makna rahmat Ilahi. Yang pasti, rahmat-Nya bukan seperti rahmat makhluk. Rahmat makhluk merupakan rasa pedih melihat ketidakberdayaan pihak lain. Rasa pedih itulah yang menghasilkan dorongan untuk membantu mengatasi ketidakberdayaan. Bagaimana rahmat Allah, Allah Yang Maha Mengetahui. Kita hanya dapat melihat dampak atau hasilnya yaitu limpahan karunia.

Mereka juga mendapat petunjuk. Bukan saja petunjuk mengatasi kesulitan dan kesedihan nya, tetapi juga petunjuk menuju jalan kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Demikianlah yang diajarkan untuk dihayati dan diucapkan setiap kali petaka menimpa. Wa Allah A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar