Minggu, 24 Februari 2013

Rasulullah SAW dan Anak Yatim di Hari Kemenangan

“Barangsiapa yang meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, maka Allah akan menuliskan kebaikan pada setiap lembar rambut yang disentuh tangannya. (HR. Ahmad, Ath-Thabrani. Ibnu Hibban, Ibnu Aufa)”
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan. Suatu hari Rasulullah SAW., keluar dari rumahnya untuk melaksanakan Shalat Idul Fitri. Saat itu beliau menyaksikan anak-anak yang tengah bermain bersuka cita menyambut hari kemenangan. Diantara anak-anak yang tengah bermain itu, beliau SAW mendapati seorang anak yang tengah bersedih duduk sendiri sambil menundukkan kepalanya. Pakaian yang ia kenakan tak layak untuk dipakai untuk seusianya yang ketika hari raya menginginkan pakaian yang bagus juga baru.
Rasulullah kemudian menghampiri anak itu, dengan lembut nabi mengelus kepala yang kusam dengan lembut.
Lalu beliau SAW bertanya, “Wahai Anakku, apa gerangan yang membuatmu bersedih hati di saat orang lain bersuka cita pada hari ini?”
Dengan mata yang masih nanar anak kecil itu menjawab, “Ya Rajul (wahai lelaki), ayahku telah mati syahid di medan pertempuran bersama Rasulullah. Ibuku menikah lagi. Ayah tiriku merampas sisa harta peninggalan ayahku, lalu mengusir aku. Sehingga aku tak punya makanan, minuman, pakaian, apalagi tempat tinggal,”
Anak itu masih menunduk dan menangis, tidak tahu bahwa yang ada di hadapannya adalah penghulu para nabi dan rasul, Rasulullah SAW.
“Hari ini kusaksikan teman-temanku bersuka cita karena mereka memiliki ayah, sedangkan aku…,” lanjutnya.
Rasul mendekap anak itu, lalu berkata, “Wahai anakku, apakah engkau ridha jika aku menjadi ayahmu, 'Aisyah sebagai ibumu, Ali pamanmu, Fathimah bibimu, lalu Hasan dan Husain menjadi saudaramu?”
Anak itu menengadahkan kepalanya, ia terkejut. Ternyata lelaki yang mendekapnya itu adalah panutannya, Rasulullah SAW.
“Tidak ada alasan untuk tidak ridha wahai Rasulullah,” jawab anak itu tersenyum bahagia.
Lalu Rasulullah mengajak anak itu ke kediamannya, dan meminta kepada 'Aisyah untuk memandikannya serta memberikan pakaian yang bagus. Juga makanan yang lezat.
Anak kecil yang tadi berpakain lusuh dan berwajah kusam itu kini berubah terlihat bersih dan ceria, rambutnya tersisir rapi tentunya mengenakan pakaian bagus dari Rasul.
Ia keluar dengan senyum mengembang, bahagia. Teman-temanya yang sedang bermain dikejutkan dengan penampilannya yang telah berubah.
“Tadi kau bersedih, kenapa sekarang kau tampak gembira?” Tanya salah seorang dari mereka.
“Tadi aku memang lapar, tapi sekarang perut ini kenyang. Kalian lihat tadi aku tak berpakaian yang layak, tapi sekarang kukenakan pakaian yang bagus. Kalian mengetahuinya kalau aku adalah yatim, tapi saat ini Rasulullah telah menjadi ayahku, 'Aisyah ibuku, 'Ali dan Fathimah menjadi paman dan bibiku, sedang Hasan dan Husain menjadi saudaraku…” matanya berkaca-kaca.
“Apakah aku tak pantas untuk bahagia di hari kemenangan ini?“ lanjutnya.
Syahdan, ketika Rasulullah SAW meninggal dunia, anak kecil itu menaburkan tanah. Tepat di atas kepala pusara beliau. Lalu ia istighosah, “Sekarang aku kembali terasing dan kembali menjadi yatim.”
Abu Bakar Ash-Shidiq yang tengah sama bersedih meraih tangan anak itu, dan ia jadikan anak kecil itu sebagai anaknya sebagaimana yang telah Rasulullah lakukan.
Rasulullah SAW bersabda,” Siapa orang yang memakaikan seorang anak yatim pakaian yang indah dan menghiasinya pada hari raya, maka Allah SWT akan menghiasinya pada hari Qiamat. Allah SWT mencintai setiap rumah, yang di dalamnya memelihara anak yatim dan banyak membagi-bagikan hadiah. Barang siapa yang memelihara anak yatim dan melindunginya, maka ia akan bersamaku di surga. (Dari Kitab Zubdah Al Wa'idin). (Roni Yusron Fauzi/A-108)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar