Minggu, 24 Februari 2013

Tiga Puluh Tahun Menangis C

Untuk bermunajat, Syaikh Ahmad Al-Ghaznawi menenpati sebuah gua yang terletak di dekat kota Syam. Cukup lama ia tinggal sendiri di dalam gua itu.

Suatu hari Syaikh Mu'inuddin mengunjunginya. Ketika Syaikh Ahmad yang tubuhnya sangat kurus sedang duduk di atas sajadah dan di sampingnya duduk dua ekor harimau menemaninya. Syaikh Mu'inuddin sangat iba hatinya. Kondisi Syaikh Ahmad benar-benar sangat menyedihkan.

Melihat ada seorang tamu datang berkunjung ke tempatnya, Syaikh Ahmad bertanya;
"Siapakah Anda, dan datang dari mana?"
"Aku Syaikh Mu'inuddin dari Bagdad."
"Silahkan duduk saudaraku dan selamat datang di tempatku yang kotor ini." kata Syaikh Akhmad memberi hormat.
"Mengapa Anda tinggal di tempat ini dan sudah berada lama berada di sini?"tanya Syaikh Mu'inuddin seraya duduk di depan Syaikh Ahmad.
"Sudah empat puluh tahun aku berada di dalam gua ini,"jawab Syaikh Akhmad.
"Apa yang anda lakukan?"
"Menyepi, menghindar dari keramaian, dan selama tiga puluh tahun terakhir ini aku tak bisa berhenti dari menangis."
"Mengapa?"tanya Syaikh Mu'inuddin.
"Aku takut pada sesuatu."
"Apa yang kau takutkan itu?"
"Sholat."
"Apa maksud Anda?"
"Ketika aku mengerjakan sholat, aku selalu menangis dan berkata dalam hati. Kalau saja dalam hal mengerjakan atau syarat-syaratnya sampai cacad sholatku, walau sebiji Dzarrah, tentu akan sia-sia semua amalanku.."
Sejeneak Syaikh Akhmad menghentikan ucapannya, kemudian ia menangis.

Demikian kisah "Tiga Puluh Tahun Menangis", semoga dapat menggugah hati kita untuk selalu mengingat dan mengukur apakah kita sudah seperti itu dalam menjalankan ibadah sholat. Akankah kita hanya mengejar urusan dunia saja ( harta, pangkat/jabatan ) yang membutakan hati dan perasaan sebagai seorang hamba Alloh SWT. Semua terserah pada diri pribadi kita masing-masing, mau ke kiri atau ke kanan, mau ke jalan yang ridloi Alloh atau ke jalan yang dilarang Alloh SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar